Pandora's Review

antara fangirl histeris dan pembaca sotoy.

Friday, 21 June 2013

Bumi Manusia - Pramoedya Ananta Toer :D

“Cerita tentang kesenangan selalu tidak menarik. Itu bukan cerita tentang manusia dan kehidupannya , tapi tentang surga, dan jelas tidak terjadi di atas bumi kita ini".” 
(gatau quotesnya ngingetin aku sama A Series of Unfortunate Events gitu jadinya)

quotesnya aja udah mengundang banget yakan

Sejak hari pertama liburan sekolah, Bapak udah girang banget. "Ayo Dini, kamu harus baca buku-buku Pram, itu keren banget lho. Wah, gimana kalo sebelum masuk SMA kamu udah nyelesain Tetralogi Pulau Buru."

yay books selfie
Terus aku pura-pura ga mau gitu soalnya gengsi HAHA-_- tapi akhirnya aku baca juga daripada kalah sebelum berperang yakan.

Aku baca (tentu sebelumnya aku foto dulu sama bukunya hehehe), terus aku selesai baca. Jrenggg.



Ceritanya berlatar belakang di Indonesia jaman penjajahan Belanda. Si Minke ini, seorang siswa HBS (SMA) pribumi yang misterius banget. Minke bukan nama pribumi, terus ga diceritakan asal-usul dia bisa ngekos dan sekolah dan dianggap nyaris setara sama para Belanda di HBS itu, tentu dia bukan anak sembarangan. Dia juga sangat berpendidikan dan berpikiran luas.

Hidupnya baik-baik aja, sampai temen Belandanya, Robert Suurhof, ngajak dia ke Wonokromo untuk main sama temennya. Sekalian menantang Minke untuk menaklukkan cewek Indo yang cantik, Annelies Mellema, adiknya temen Robert.

yang namanya juga robert. tapi robert mellema. ribet deh. jangan sampe monolog gajelas ini menghalangi kalian dari baca buku ini.

Bagaikan cerita cinta jijay lainnya twilight ohok twilight, Minke dan Annelies pun jatuh cinta. Tapi ga sesederhana itu. Perlahan-lahan Minke menyingkap misteri Nyai Ontosoroh, ibunya Annelies, yang lebih misterius lagi. Katanya dia cuma gundik pribumi yang nggak sekolah, tapi kenapa dia sangat sopan dan terpelajar? Sikapnya sangat Eropa. Justru dia yang memimpin perusahaan majikannya, hal yang gak biasa banget buat wanita pada zaman itu, apalagi wanita pribumi, lebih lagi wanita pribumi yang cuma gundik.

Minke jadi dilema, apakah dia mesti mengikuti anggapan masyarakat yang memandang rendah gundik, atau ikut kata hatinya?

Kejadian demi kejadian pun dilaluinya dan ia kehilangan respek kepada orang Eropa. Katanya mereka berpendidikan dan bijak, jauh melebihi orang Jawa yang ndeso ini, kenapa mereka malah menindas kita dan membiarkan kita hidup dalam ketidakadilan?

Pendapatku, buku ini beda banget sama buku-buku yang pernah aku baca sebelumnya. Jalan ceritanya ga ketebak banget, sementara bukannya teriak teriak sama bukunya MAU DIBAWA KEMANA HUBUNGAN KITAAA aku malah nurut aja dan baca dengan anteng. Sama sekali ngga kayak genre young adult yang biasa kubaca. Aku ga bisa menilai jalan ceritanya kayak gimana, tapi menurutku itu cukup bagus dan aku suka banget.

Tokoh favoritku Nyai Ontosoroh. Dari kecil hidupnya udah keras banget, dijual sama ayahnnya demi mendapatkan jabatan dan akhirnya dia bisa mempertahankan perusahaan majikannya yang nyaris hancur. Belum lagi menghadapi fitnah dari masyarakat tentang dirinya dan orang-orang yang ngeremehin dia. Kuat, tapi sayangnya penuh dendam. Seumur hidupnya, yang dia tahu hanyalah bertahan dan melawan. Have you ever love a fictional character so much you want to cry




Annelies digambarkan cantik banget, memiliki kecantikan surgawi atau gimana gitu deh pokoknya. Dia juga pinter membantu ibunya mengatur perusahaan. Tapi kebalikan dari ibunya, dia kekanak-kanakan, manja, dan rapuh banget. Hampir mirip Bella Swan. Entah kenapa kok aku sebel banget ya sama Annelies, kayaknya dia cuma digambarkan sebagai 'cantik doang'. Oke dia bisa ngatur perusahaan tapi sifat itu kayak cuma ditambah-tambahin supaya Annelies ga kelihatan lemah-lemah amat.

Mungkin itu memang cuma buat ngebantu plot cerita? Karena Annelies terbayang-bayangi ibunya dari kecil, jadinya dia kayak gitu. Mungkin biar seimbang kali ya kayak yin yang gitu, ada yang kuat dan ada yang lemah. Tapi tetep aja aku sebel-_-

Aku juga suka gimana Mas Pram menonjolkan kekurangan dan kelebihan dari kedua pihak. Sisi Jawa memang budayanya kaya, tapi feodalismenya nggak nahan banget. Sisi Barat itu bagaikan gudang ilmu pengetahuan, jauh lebih bebas dan berpikiran luas, juga sangat 'modern'--kata yang pada masa itu sering diusung-usung para orang barat. Tapi ya mereka menjajah kita seenaknya, ga perlu kusebutin lebih jauh lagi. Kalo dilihat lagi, jaman dulu itu sisi Indonesia bersifat kedaerahan banget. Jangankan bersatu se-Indonesia, suku Jawa aja masih berkasta-kasta gitu ribet bersatunya.

(edit: sekarang aku lagi baca buku ke2nya, Anak Semua Bangsa, dan di buku ini Minke pun belajar melihat Jawa dengan pandangan yang lebih luas lagi, nggak menutup mata dan mulai berusaha ngebantu mereka. Tapi aku belum selesai baca siih ditunggu aja ya xD)

Dan ngaku aja kan, kita semua penasaran sama buku ini karena pernah dilarang. Orang yang bikin buku bagus terus dilarang itu keren banget, kayak intellectual badass gitu. Dan setelah aku baca, kayaknya nggak ada unsur komunis gitu di dalam bukunya. Kata Bapak, mungkin karena Om Pram-nya udah dituduh sebagai PKI, ga peduli apa isinya ya dilarang aja.

Mungkin juga buku ini dilarang karena sikap Minke yang terkesan anti Jawa, lebih seneng sama ilmu pengetahuan dan kebebasan gaya Barat, membuat bukunya dicap nggak nasionalis. Aku jadi ikutan sedih sebagai pencinta buku karena buku sebagus ini pernah dilarang. Lebih ke kecewa sih. Terus jadi marah. Kenapa sih buku doang dilarang, padahal kan cuma buku. Kata Bapak lagi, tulisan punya kekuatan untuk menggerakkan orang lain, takutnya nanti orang-orang pada berontak. Yah, paling nggak orang dulu nggak meremehkan kekuatan pikiran. mhehehe =))

Jangan menilai buku dari sampulnya, kata pepatah jaman baheula. Nyai Ontosoroh, meskipun cuma gundik yang gak sekolah, dia sopan, baik, terpelajar, dan punya semangat juang. Om Pram, meskipun dicap sebagai PKI (belum tentu juga dia terlibat di G30S), bukunya keren banget. Kandidat Nobel Sastra booo. Dan buku ini, meskipun sampulnya polos banget dalemnya bagus.

a.n.: Oiya kemaren aku ke Plangi terus ada acara Rantau 1 Muara gituu akhirnya aku beli bukunya dan dapet tandatangan :DDD reviewnya akan segera terbit yaaa

Semoga bermanfaat ^^
awwwwwwwww

*menggelinding keluar*
Read More

Sunday, 16 June 2013

Cinta Dalam Kardus [Review]

Uyeee aku udah nonton CDK xD hari pertama pula. Salut banget sama bang Radit yang bisa ngerjain 2 film yang keluarnya hampir barengan, barengan juga sama film-film kaya Man of Steel sama Star Trek aku belom nonton star trek hiks ga bisa liat benedict :( sedih

/sesi curhat end/



Kembali ke CDK. Aku nonton sama Vicky dan Celia, sebagai anak kebelet gaul yang kurang kerjaan tentu saja kita nyampe ke PH pagi-pagi pas belum ada orang. Jam setengah 11. Baru buka jam 12.

Film ini mengungkit tema yang udah usang banget saking seringnya kepake di film Indonesia: cinta ababil! Aku agak-agak sinis (sinis apa kelamaan jomblo HA) gitu menghadapi film ini. Paling-paling jadinya kayak Radio Galau FM atau Poconggg gitu kan yang menggalaukan gajelas gitu. Tapi ngeliat trailernya dan castnya (penulis dan sutradara Salman Aristo, ada Lukman Sardi pulaaa), mata hatiku agak terbuka. Ternyata tema cinta-cintaan itu dikemas dengan rapi, kertas kadonya cakep, plus pita dan mawar. Keren!

Ceritanya si Miko pengen mencoba stand up comedy untuk yang pertama kali. Padahal tau sendiri kan Miko itu kaya gimana buat yang udah nonton Malam Minggu Miko (ada gitu yang belum nonton? terlalu._.). Dia ngebawa kardus berisi barang peninggalan dari 21 orang mantan gebetannya, yang awalnya pengen dibuang. Tapi karena pasangan ababil Chacha dan Kipli, juga pengunjung lain yang ngeledekin Miko terus ("paling si Miko juga gak pernah digodain tante-tante di busway kan?" "PERNAH KOK!"), akhirnya kardus itu jadi bahan stand up.

Sepanjang film itu ya si Miko-nya stand up terus. Kasian kali ya dia udah ngomong melulu ga duduk-duduk lagi. Tapi aku ga ngerasa bosen. Karena jokesnya emang lucu-lucu, dan ada flashback ke masa-masa PDKT sama ke21 orang itu dan masing-masing punya cerita kegagalan yang unik. Kayaknya baru pertama kali aku nonton film yang terdiri dari stand up comedy dan flashback dengan timeline yang sangat pendek pula (Inception juga timeline nya pendek sih) (err itumah beda yak).


Aku juga suka kardus-kardus yang menjadi setting flashback itu, kreatif banget dan pasti bikinnya susah. Mirip kayak video klipnya Vidi Aldiano (yang ada Raditya Dikanya jugaaa :D) sama Walk Off The Earth. Mungkin ini baru pernah dipake di film, aku ga tahu, yang penting kardus-kardusnya lucu.

sweater kucing!!!! WHO GAVE YOU THE RIGHT

Scene paling romantis :')


Anizabella Lesmana :) cantik yah

Cewek yang paling aku suka adalah Putri, yang jadi pacarnya Miko pada saat itu. Dia itu keren, kayak tipe yang artsy gitu, jago gambar, kayaknya yang paling baik ("aku sayang sama kamu put!" "aku lebih sayang sama kamu." AWWW), dan wardrobenya keren banget uuuuu bajunya luculucu semua!! *robek layar bioskop* *kabur*

Penampilan Rian dan Mas Anca lumayan mengobati kangenku sama M3, apalagi scene terakhir yang pas Rian bawa kucing lucu bangetttt. Kocak seperti biasa, tapi Mas Ancanya OOC banget sumpah. Tapi menurutku terlalu sedikit, padahal aku pengen liat Rian dan Mas Anca lagi.

TERUS ADA ENDAH N RHESA JUGA ALDFKSLFJKSLFJ pengen teriak we want more di teaternya tapi takut digebukin gitu

Yang aku ga suka, mantan-mantannya Miko karakternya agak satu dimensi. Kayaknya cewek-cewek itu banyak maunya dan menindas melulu kerjaannya. Iya Miko-nya seringkali salah, tapi sepertinya kesalahan Miko itu antara manusiawi dan bego. Atau mungkin sifat karakter mantan gebetannya Miko itu memang sengaja buat lucu-lucuan. Nggak jauh-jauh sama materi komedinya Radit yang berkali-kali membahas cewek, kayak logika cewek yang minta diturunin tapi giliran diturunin beneran malah marah.

Overall, I had a good laugh throughout the film. Miko pun menyadari arti cinta dan apa yang harus dia lakukan buat memperbaiki hubungannya dengan Putri. Aku juga mewek pas sebelum terakhirnya ituuu nyesek banget :''''( meskipun akhirnya agak terlalu cepet dan happy ending banget menurutku. Aku agak mengharapkan plot twist Miko sama Rian akhirnya jadi gay terus jadi koboi berpetualang ke Amerika gitu

.... salah film deh. dan kalo ada film kaya gitu di Indonesia pasti udah didemo duluan mhuahaha

Kesimpulannya: aku tetep fansnya bang radit u,u Kalo Abang baca ini sekarang, ketahuilah kalo aku langsung lari ke TV kalau ada iklan Mi Sedap Cup. Kambing Jantan itu buku pertama yang bisa bikin aku ketawa histeris sampe gaada setan yang mau ngerasukin =))) sukses terus dan ditunggu karya selanjutnya!

ailopyu bang tapi aku gak mau malam minggu miko s2 kalo gaada Rian... 

Sekian ^^ aku mau menikmati libur panjang yang sisa sebulan lagi, masih belum kenyang libur sebulan setengah sih yaa mau gimana lagi~

*dikeroyok massa*

(Sumber gambar: mbah google)
Read More

Sunday, 3 February 2013

Struck By Lightning by Chris Colfer

(sorry for grammar mistakes, I'm still working on my english!)
A few weeks ago my friend bought Struck By Lightning (shoutout to Bila for having the best taste at choosing awesome books!). Chris Colfer! This guy write YA too? I saw his book once, but fairytale is not my thing. As opposed, fairytale is so Chris Colfer. Literally, the first thing I that comes into my mind when I hear his name is little elves. I'm a little worried of how this will turn out. He could've write a crap and throw it to a publisher, knowing that people would buy them after seeing his name on the cover right? Wrong.

This is Carson Phillips' journal, a super ambitious guy who would do anything to reach his dreams: get into Northwestern and become a New Yorker editor. He's laying at the bottom of the high school food chain, it would be hard to get people to submit for his literary magazine, a ticket to his dream college. But everyone has a secret they're hiding. Carson is blackmailing his way to Northwestern with the help of his sidekick fellow underdog, Malerie.

I really love this book. It's one of those books that form deep connection with me. Maybe it's because the relatable main character. Guess who also loathe her school and thinks everyone around her is total peasants? You get it. Carson is a bitter jerk, and he looks down to everyone. He irritates me at the beginning, but further, I figured out that Carson has been through so much, yet he's still misunderstood and under appreciated. Everyone roots for underdogs!! Getting out of this town is his only chance proving everyone that he's not what they think he is. Nobody's perfect. Even the bullies are not entirely evil. It's not Harry Potter vs Voldemort or Katniss vs Capitol. It's life!

After blackmailing his peers, he discovered more about himself and people around him. Understanding life. Watching him became wiser, it touched my heart somehow. Chris also did a very good job pouring real life issues in this book: LGBT, self-harm, depression, love life. The book seems more real than my life, is that even possible?

There's also a film, but it wasn't in the theatre because it was digitally released, it's available on iTunes or here for you pirates. Totally recommended. In the film we can see scenes that happened when Carson wasn't around, which wasn't mentioned in the books. It was fun watching Chris Colfer going all snarky and evil, as opposed to Kurt Hummel of Glee, the typical nice fashionable gay. Love Rebel Wilson!
Read More

Sunday, 20 January 2013

The Golden Compass


Halo. Masih inget The Golden Compass? Filmnya Dakota Blue Richards sama Nicole Kidman dkk dkk. Filmnya bagus, tapi buatku sebagai anak SD gataukelasberapa waktu itu, aku nggak ngerti filmnya, wtf banget. Ini tentang apaa??

Tapi beberapa minggu lalu aku dikasih buku The Golden Compass sama kakak sepupuku. Bukunya kutaruh di meja begitu aja karena aku masih baca The Serpent's Shadow (!!!). Aku berusaha gak berpikiran negatif apapun sama bukunya. Kata orang-orang kan jangan ngebandingin buku sama film karena itu adalah dua karya seni yang berbeda? Meskipun akhirnya kita bandingin juga.

halo DBR

Tapi buku The Golden Compass jauh lebih keren daripada filmnya. HAHA maaf. <- munafik.

In case you forget the story: Lyra Belacqua anak bandel yang tinggal di sebuah universitas di Oxford, (menurutnya) orangtuanya meninggal di sebuah ekspedisi kutub utara. Dia selalu pengen menjelajah kutub utara seperti omnya Lord Asriel yang misterius, tapi caranya bukan: menguping pembicaraan misterius, dibawa pergi sama tante-tante girang mencurigakan-yang-ternyata-agak-psycho-yang memimpin operasi penculikan-anak-yang-menculik-sahabat-Lyra, ikut rombongan gipsi yang hidup di atas perahu, dan melibatkan kompas yang bisa menjawab semua pertanyaan dan beruang kutub yang serem. Di perjalanan, dia mulai mengetahui kebenaran satu persatu, siapa orangtua dia sebenarnya, apa tujuan operasi penculikan itu, dan yang paling besar: apakah dunia paralel itu ada?

Dunianya Lyra adalah dunia dimana setiap manusia punya daemon, yaitu separuh jiwa kita dalam bentuk binatang. Waktu manusianya masih anak-anak, daemon bisa berganti-ganti wujud terus, tapi akan menetap dalam satu bentuk ketika udah dewasa. Meskipun begitu, interaksi antar manusia dan daemon punya orang lain itu dianggap tabu. Manusia dan daemon itu udah satu paket, jadi ketika Lyra ketemu sama anak laki-laki yang ga punya daemon di jalan, itu kayak ngeliat "seseorang tanpa wajah, atau seseorang yang rusuknya terbuka". Hubungan emosi manusia dan daemon juga kerasa banget.

Judul aslinya terbitan UK adalah Northern Lights, tapi di Amerika diganti jadi The Golden Compass

Ngebaca ceritanya bikin aku ngerasa masuk ke dalam dunianya Lyra, menjadi Lyra yang lincah dan pengen tau banget. Aku jadi pengen tahu terus apa yang bakal kejadian selanjutnya. Emang di bagian-bagian awalnya waktu mereka ngediskusiin tentang Dust itu teoritis dan ngebosenin banget, tapi begitu masuk bagian petualangan udah nggak lagi.

Meskipun ini dianggap 'children's book' sekelas Harry Potter, menurutku isinya jauh lebih kompleks daripada itu. Karena ada masalah politik juga, kayak Mrs. Coulter dan magisterium itu, sama waktu seseorang berusaha meracuni seseorang yang lain (hmm siapa ya). Buku ini dianggap kontroversial dan anti-church karena (aku liat di review Goodreads) tersirat di beberapa bagian bahwa Phillip Pullman menempatkan gereja sebagai tokoh antagonis karena ketakutan yang berlebihan akan Dust, sehingga mereka mengizinkan operasi penculikan itu. Jadi menurutku buat young adult lah.

Dan ada triloginya!! Nyebelin juga sih karena bacanya jadi ngegantung-gantung gitu-__- aku aja belum khatam baca trilogi Inkworld, karena stop sampe Inkheart aja sejak beberapa abad yang lalu. Tapi semoga buku selanjutnya, The Subtle Knife dan Amber Spyglass bisa menjawab yang tak terjawab dan tambah seru.
Read More

Sunday, 6 January 2013

Kane Chronicles: The Red Pyramid

HALOO jadi kemaren pas di Bandung aku baca Red Pyramid tapi sayangnya baru hari ketiga udah abis :(

Ceritanya, Carter dan Sadie Kane itu adik dan kakak yang tinggal berpisah karena ibunya meninggal. Carter ikut ayahnya, ahli Mesir yang hidup pindah-pindah, Kane menjalani kehidupan normal di London sama kakek dan neneknya. Waktu mereka semua ketemu lagi di hari natal, ayah mereka malah berusaha melepaskan lima dewa-dewi Mesir dan meledakkan museum. Tapi ayah mereka hilang ke underworld (gitulah ungkapannya), sementara dewa-dewi lainnya lepas begitu aja. Pada saat yang sama, mereka baru tahu kalau mereka itu keturunan penyihir dari Mesir. Justru salah satu penyihir terkuat, karena mereka juga memiliki dua darah raja Mesir.

maap ya om gugel dicolong gambarnya bentar aja


Kayak pernah denger ceritanya ya? Sama. Soalnya yang nulis Kane Chronicles Rick Riordan, penulis Percy Jackson and the Olympians. Jalan ceritanya agak sama juga, kekuatan ajaib yang nggak diketahui. Narasinya juga Rick Riordan banget, gaya modern yang kocak dan kadang-kadang sarkastis. Ada juga tempat kayak Camp Half-Blood gitu, tapi bentuknya bukan camp. Itu kayak rumah gede di Brooklyn, dan mereka cuma bertiga disana sama paman mereka, dan Khufu si babon, sama Philip of Macedonia si buaya albino.

Bedanya, narasinya ada dua, sisi Carter sama Sadie, jadi setiap 2 bab gantian. Yang jadinya lucunya dua kali lipat. Carter itu anak baik dan heroik, tapi kuper karena dia ga pernah hidup normal sejak ibunya meninggal. Dia juga tahu banyak tentang Mesir kuno karena dia ikut ayahnya. Sementara Sadie itu kebalikannya. Dia itu bandel banget, cerewet, dan nggak pernah berpikir sebelum melakukan sesuatu. Tapi gayanya keren, pake highlight merah di rambut dan combat boots kemana-mana. Narasinya yang bawel dan logat Britishnya itu lucu dan seru banget, definitely my fav character.

Aku juga suka Bast, dewi kucing. Jadi pengen melihara kucing. *off topic*

Dan ada hint-hint romance-nya HAHA Carter sama Zia, cewek yang Annabeth-ish gitu, sementara Sadie...... gamau bocorin ah baca sendiri. Apapun cowok yang disukai Sadie, pikiran itu bikin aku ngakak. Tapi ngerasa romance-nya terlalu cepet ga sih? Soalnya ini baru buku pertama. Percy sama Annabeth aja belum ada rasa-rasa romance-nya pas baru ketemu. Tapi PJO emang bukunya lebih banyak.

Overall sih bukunya bagus, aku belum ngerasa ada kekurangan kecuali paragraf di atas. Rick Riordan always write excellent battle scenes. Menurutku yang bikin buku ini bagus karena ada banyak tokoh mitologi Mesir kuno yang sebenernya ga ada, tapi Riordan memberi mereka karakter sendiri. Dan untuk bikin jalan cerita yang keren tanpa harus bikin alternate universe baru itu menurutku kreatif banget. Dari buku ini kita juga bisa belajar mitologi dengan cara yang lebih seru. Dari dulu aku sering denger nama Anubis tapi nggak tahu dia itu apaan. Dari buku ini aku tahu kalau dia adalah dewa kematian berwujud manusia berkepala anjing (tapi wujud manusianya adalah cowok enam belas tahun yang ganteng HAHA *plak*). Same thing goes to PJO sama Heroes of Olympian.

Masih belum tahu sih bakal ada filmnya atau nggak, karena buku terakhirnya aja baru rilis beberapa bulan lalu. Tapi kuharap mereka gak nge-whitewash Carter karena di bukunya dia afro. Tapi aku masih bingung sama Sadie, karena ga ada yang bilang kalau dia afro juga, padahal mereka adik-kakak. Ibunya mereka juga ga afro, jadi mungkin Sadie nggak kulit putih tapi gak afro juga ya. Kayak Jake Puckerman. Huhu. Kalau Sadie putih mungkin Chloe Moretz bagus (gak bosen ya). Isabelle Fuhrman kalo gaya rambutnya bob mesir bagus jadi Zia ya? Aku ga tahu yang pantes jadi Carter siapa. Yang jadi Anubis sih maunya Logan Lerman, tapi ketuaan, dan ga mungkin karena dia udah di PJO.

Besok sekolaaah :((((( hikz
Read More

Tuesday, 25 December 2012

HI THERE.

HALOOO selamat datang di Pandora's Review xD yang punya blog ini sama kayak yang punya Pandora's Pandemonium jadi yaa begitulah. It seems like we're taking the title too seriously, so I made a new blog to reduce the pandemoniumity (is that even a word). Juga supaya lebih semangat ajalah nulisnya. Nggak cuma review buku, tapi aku bakal post review yang lain-lain, kayak film, acara TV, album, dan gitugitulah. Tapi blog yang lama ga bakal kutinggal juga kok. Tapi ngapain aku nulis ginian kalo gaada yang baca -__- oke dadah.

K-on, anyone?

Read More
Powered by Blogger.

© 2011 Pandora's Review, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena